Hajatan besar telah menghadang didepan mata. Hajatan itu berupa telah dibukanya “pasar ekonomi” di negara-negara Asean, yaitu berupa Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). MEA adalah kesepakatan antar negera-negara di kawasan Asean untuk membuka akses seluas-luasnya “pasar” bagi seluruah anggota Asean, dan akan mulai berlaku efektif pada bulan januari 2016 ini. Hal ini menyebabkan akan semakin terbukanya kesempatan untuk bersaing secara global. Dengan diberlakukannya MEA mau tidak mau suka ataupun tidak suka masyarakat Indonesia sudah harus bersiap menghadapi persaingan yang semakin kompetitif. Persaingan diantara Negara-negara Asean (Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan lainnya) akan semakin terbuka dan permissif, dan siapa yang siap serta mampu mencuri peluang, maka akan keluar sebagai pioner. Untuk itu kesiapan SDM serta kemampuan managerial didukung oleh sikap mental yang baik merupakan syarat yang tidak boleh ditawar-tawar lagi. Kemampuan managerial dan sikap mental atau kemampuan afektif yang unggul tercermin dalam tindakan yang selalu kreatif dan inovatif serta mampu menghadapi resiko, demi memenangkan persaingan. Itu pesan yang disampaikan oleh Dr. H. Achmad Sani, SE, M.Si sebagai pembicara dalam Stadium General dengan tema “Penguatan daya saing SDM di Era Asean Economic Community (MEA)”. Kegiatan ini dilaksanakan tanggal 21 September 2015, di Gedung Rektorat LT5 UIN Maulana Malik Ibrahim Malang.

Lebih lamjut beliau mengatakan bahwa sesuai dengan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2014, angka pengangguran untuk lulusan sarjana di Indonesia mencapai 400.000 orang. Artinya bahwa masih banyak para lulusan perguruan tinggi yang masih mencari pekerjaan. Disisi lain awal tahun 2016, kita harus siap menerima tenaga kerja asing yang akan berbondong-bondong masuk ke Indonesia. Untuk itu perlu kebijakan strategis, dimana pemerintah, dunia usaha/industri serta dunia pendidikan harus secara serius bersinergi untuk menyiapkan SDM yang berkualitas. Khususnya dunia pendidikan harus menyiapkan para lulusannya kemampuan bersaing dan berkompetisi dengan tenaga kerja asing untuk memperebutkan top level manajemen. Penguatan atmosfir akademik, peningkatan kompetensi dan didukung oleh kemampuan yang memadai aspek afektif atau sikap mental, akan memudahkan lulusan untuk bersaing di dunia kerja.

Sementara itu Dr. Hj. Marissa Haque, MA, dalam pemaparannya mengingatkan bahwa untuk memenangkan persaingan maka lulusan harus mampu untuk menggali potensi diriya sendiri. Potensi diri merupakan sikap mental yang secara implisit merupakan bentuk dari “personality” seseorang. Personality yang kuat akan membentuk kareakter diri yang kuat, itulah sebenarnya modal untuk memenangkan kompetisi.

Selain itu pemerintah sebagai regulator harus tetap konsisten untuk menerapkan aturan yang telah ditetapkan sendiri. Sebagai contoh Peraturan Menteri Ketenagakerjaan No. 15 Tahun 2015, tentang persyaratan investasi di Indonesia. Tiga syarat utama itu, yakni syarat kompetensi, syarat perluasan kesempatan kerja, dan syarat pendampingan/alih teknologi, harus benar-benar direalisasikan.

Sebagai pembicara berikutnya Dr. Guntur, M.Si, yang juga seorang praktisi dunia usaha menyoroti bahwa sebenarnya Indonesia adalah merupakan negara yang sangat melimpah sumber daya alamnya. Kekayaan itu tidak terbatas pada alam (seperti hutan) akan tetapi kekayaan laut Indonesia juga merupakan kekayaan yang tak terbatas. Tetapi kekayaan itu tidak akan berarti apa-apa atau memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi bangsa Indonesia, kalau kita tidak amanah dalam mengelolanya. Ketidak mampuan ini bisa disebabkan oleh kompetensi dan ketrampilan serta pengetahuan yang kurang memadai masyarakat. Akibatnya value added (nilai tanbah) dari kekayaan alam kita banyak dinikmati oleh orang asing atau negara lain. Dalam pemaparannya beliau mengajak semua anak bangsa untuk peduli terhadap sumber daya alam yang melimpah, dengan mengelolanya dengan baik. Untuk itu diperlukan SDM yang mempunyai keahlian mumpuni. Peran perguruan tinggi sangat diharapkan untuk mencetak SDM yang kompeten dan berkeahlian agar mampu mengelola sumber daya alam secara baik. Jadi Perguruan Tinggi bukanlah sebagai menara gading yang hanya menghasilkan lulusan yang banyak berkutat pada teori-teori, yang kadang-kadang tidak membumi. Sebagai contoh seorang lulusan Fakultas Pertanian belum tentu mampu mengolah lahan pertanian sebaik para petani yang tidak mengenyam dunia pendidikan. Harapannya seorang lulusan harus mempunyai kompetensi yang mumpuni dan siap untuk bekerja keras. (San)